Melihat Indonesia Dari Pameran Buku

Melihat Indonesia dari Pameran Buku --- Kenapa begitu? Secara singkat, jika ada pameran buku dan ramai pengunjung itu artinya masih ada yang mau membaca. Dan itu artinya Indonesia masih aman. Aman dari semakin anjloknya minat baca masyarakatnya.

Seperti kemarin, Senin, 10 Februari 2020, pada Bazar Buku Terbesar di Mojokerto 2020 yang bertempat di Gedung S. Ramelan, Jl.Empunala Kota Mojokerto, begitu masuk parkiran kendaraan, saya melihat beberapa anak berseragam putih abu-abu berada di dalam gedung itu. Hati saya merasa senang begitu melihat mereka. Itu artinya masih ada anak muda yang mau membaca. Entah apapun itu yang dibacanya, yang penting mau membaca. Karena kalau sudah nggak ada minat sama sekali untuk membaca, maka entah apa yang akan terjadi dengan wajah masyarakat kita. Ini hanya pendapat saya, dan saya bukan termasuk kutu buku, tapi setidaknya saya masih mau membaca. 

Andre Lao - Pengunjung Pameran Bazar Buku terbesar di Mojokerto
Salah satu teman yang ikut ke lokasi pameran buku

Andre Lao - Pengunjung Pameran Bazar Buku terbesar di Mojokerto
Berfoto di depan lokasi pameran Gedung S Ramelan Mojokerto
Menurunnya minat baca masyarakat Indonesia mungkin juga ada kaitannya dengan maraknya penggunaan sosmed. Bukan penggunaan gadget ya, karena kalau soal penggunaan gadget kan kita masih bisa membaca, browsing ini itu untuk menambah pengetahuan yang berguna. Tapi beda kalau soal maraknya penggunaan sosmed. Sebagian besar mereka hanya menggunakannya untuk sebuah pertemanan biasa, mencari relasi, ajang pamer kehidupan, dll. Bukan berarti saya anti sosmed. Saya pun juga pengguna aktif banyak sosmed. Karena saya juga memanfaatnya adanya sosmed itu untuk media marketing pada bidang usaha yang saya geluti, yaitu ABUD Creative Design, usaha yang bergerak dibidang percetakan undangan. Bahkan hampir 12 jam penuh setiap harinya saya otak-atik sosmed. Karena jaman sekarang ini sudah menjadi keharusan untuk meningkatkan sales penjualan.

Andre Lao - Poster Pameran Bazar Buku terbesar di Mojokerto

Namun ada hal yang menarik dari aktifnya saya mengelola beberapa sosmed untuk media marketing ini. Apa itu? Ya itu tadi soal buruknya minat baca masyarakat. Contohnya ketika ada yang menanyakan pada aplikasi whatsapp saya dimana lokasi percetakan ABUD Creative Design. Dalam smartphone saya dan kawan-kawan yang membantu pemasaran usaha saya ini pasti sudah disediakan informasi lengkap mengenai alamat atau lokasi usaha kita. Jadi saya tinggal kirim peta lokasi beserta alamat lengkap dan keterangan jam kerja. Dengan harapan orang yang bertanya tadi sudah mengerti dimana lokasi ABUD Creative Design dan juga jam kerja sekaligus. Tapi hal itu tidak sesuai harapan saya. Mereka masih bertanya tutupnya jam berapa atau hari Minggu buka gak? Dan ini tidak terjadi pada satu atau dua orang saja. Tapi entah sudah berapa banyak yang berkelakuan sama.  Saya sempat berpikir apa info yang saya berikan kurang jelas terlihat? Ternyata nggak juga kok. Banyak juga yang sudah langsung mengerti dengan informasi yang saya berikan tersebut. Tapi mungkin saja kalau dibuat perbandingan antara yang mengerti dan kurang mengerti rasanya lebih banyak yang kurang mengerti.

Oke, itu hanya sedikit informasi yang saya berikan. Ada lagi kelanjutannya dan kali ini informasi yang saya berikan lebih banyak dan lebih bikin pusing buat sebagian mereka yang nggak mau membaca. Pertanyaan soal pricelist undangan di ABUD Creative Design. Namanya juga list kan ya pasti banyak isinya. Dalam pricelist yang saya berikan tersebut menerangkan nama produk beserta harga tiap produk berdasarkan jumlah order. Saya menyusun pricelist tersebut juga nggak asal-asalan kok. Karena saya diskusikan juga dengan teman-teman yang ikut membantu pemasaran.  Dan benar, mereka masih menanyakan harga tiap produk dengan men-capture foto dari instagram misalnya, "Ini berapa Kak?" 

Nah dari pengalaman yang saya dapatkan itu, saya dapat menyimpulkan bahwa minat baca kita sangat rendah, bahkan hanya sekedar untuk membaca sedikit informasi saja tidak mau. Maka tak heran kalau banyak kita jumpai pelanggaran lalu-lintas yang disebabkan mereka tidak mau membaca rambu-rambu lalu-lintas tersebut.

Dan dari kegiatan capture/screenshoot, like dan share di sosmed, tanpa disertai pemahaman mengenai informasi yang mereka bagikan tersebut yang dikarenakan tidak mau membaca dengan baik, maka tak heran jika tercipta banyak kegaduhan dan kecerewetan di media sosial saat ini. Mereka akan dengan mudah diprovokasi, memakan mentah-mentah berita hoax dan fitnah karena kecepatan jari mereka lebih cepat untuk like dan share daripada kemauan mereka untuk membaca dan memahami informasi yang didapatkan. 

Sampai disini saya hanya bisa berharap dimulai dari diri saya sendiri dan kita semua sebagai bangsa yang cerdas yaitu bangsa Indonesia untuk meningkatkan minat membaca. Karena saya percaya, dengan kita mau membaca maka selain menambah pengetahuan dan pengertian juga bisa meningkatkan kesabaran. Karena dengan mau meluangkan sejenak waktu untuk memahami, maka itu sudah termasuk menenangkan hati untuk mau bersabar. 

Dengan membaca kita bisa :
1. Menambah pengetahuan
2. Meningkatkan konsentrasi
3. Meningkatkan kesabaran
4. Meningkatkan perkembangan SDM yang bermutu
5. .......
6. .......

Coba menurut kalian apalagi manfaat dari membaca
Semoga kita menjadi generasi penerus yang gemar membaca. Nggak harus bacaan yang berat seperti sastra, apapun itu bacaannya yang penting kita mau membaca.

Share:

0 komentar