Kerja di Rumah Juga Butuh Istirahat



Saat menulis artikel ini, usia saya sudah 28 tahun. Gila ya, gak kerasa banget udah tua. Perasaan baru kemarin main-main petak umpet :p Eh sekarang sudah harus mainan otak. Tiap hari diperas otaknya demi menghidupi keluarga. Lhah kok jadi curcol gini yak :D
Oke balik lagi ke tujuan nulis artikel ini ya. Mungkin yang banyak orang bayangkan kerja di rumah itu enak. Bisa ngatur waktu seenaknya. Mau pergi kemanapun dan kapanpun oke dah… Lhah mereka yang bekerja kantoran harus datang tepat waktu kalau nggak mau dimarahin atasan. Enakkan bisa kerja di rumah aja?
Siapa bilang kerja di rumah se-enak itu?
Apalagi buat yang belum punya jam kerja.
Kebetulan saya sendiri juga bekerja di rumah. Tempat kerja saya jadi satu dengan tempat tinggal. Pekerjaan saya di bidang percetakan undangan. Empat tahun lalu, tepatnya di tahun 2014, saya resmi bekerja di rumah dengan membuka sebuah percetakan undangan. Dengan berbekal ilmu di desain grafis yang saya miliki, dan dengan ijin Allah saya dipertemukan dengan teman-teman yang baik hati, sehingga sedikit demi sedikit saya mulai mengetahui seluk-beluk dunia percetakan. Karena memang pada dasarnya saya sama sekali tidak mengenal dunia percetakan. Yang saya tahu soal bagaimana caranya membuat sebuah desain grafis. Karena memang sebelumnya saya bekerja dua tahun di perusahaan retail sebagai Graphic Designer. Kemudian setahun di sebuah digital printing juga sebagai Graphic Designer (saya memutuskan untuk keluar dari perusahaan retail tersebut karena bermaksud ikut program Diploma 1 Politeknik  Elektronika Negeri Surabaya atau PENS-ITS, dimana pada perusahaan retail tersebut tidak dapat untuk paruh waktu).
Mengawali bekerja di rumah tentu masih semangat-semangatnya dong… Apalagi tak disangka begitu dibuka langsung laris. Siapa yang nggak seneng kalau usahanya laris? Jadi, dari mulai bangun pagi (yah pagi saya dengan pagi kalian mungkin beda tipis kali ya :D karena saya biasa bangun tidur jam 8 pagi, mungkin kalian ada yang bangun jam enam, jam tujuh atau bahkan bagi yang muslim setelah Sholat Subuh nggak tidur lagi), sampai larut malam saya masih berkutat dengan pekerjaan. Sampai-sampai mama saya sering ikut bantuin kerjaan saya, seperti bantuin motongin kertas, nge-lem undangan, bikin pita undangan, dll. Karena memang saya belum nikah, jadi ya yang bantuin kerjaan kalo gak mama ya adik saya. Nggak capek Bang? Yah pasti capek lah. Tapi nggak kerasa capeknya, kan lagi syantik, eh, asik maksudnya (kebawa suasana lagunya Siti Badriah). Apalagi begitu kerjaan kelar langsung dapet duit. Makin gak dirasa deh capeknya. Lagian, ada customer yang pengin datang ke rumah habis maghrib misal, ya mau gak mau ditunggu kedatangnya. Kan mau dapat rejeki tuh namanya. Atau ada customer yang mau ambil undangan pesanannya, bisanya ngambil jam 8 malem misalnya, ya oke lah gak apa-apa, ditunggu kok. Nah, hal ini saya jalani selama setahun. Jadi mulai 2014 sampai 2015 cara kerja saya seperti ini. Terus terang pada saat itu saya belum punya seorangpun karyawan. Sehingga apapun saya kerjakan sendiri dengan bantuan mama dan adik sebisanya. Pokoknya saya dulu SUPERMAN.
Lhah kalo kerja terus kapan liburannya, Bang?
Yah gak ada kata liburan. Emang gak seenak yang kalian pikir soal bekerja di rumah. Bekerja di rumah atau menjadi seorang freelancer berarti kita harus siap memposisikan segala sesuatu termasuk pendapatan. Kadang ada kadang tidak, kadang besar kadang kecil, dan juga harus siap menanggung konsekuensi dari pekerjaan kita sendirian. Tentu saja berbeda dengan pekerja kantoran.
Anggapan bekerja di rumah lebih santai itu salah. Justru malah akan lebih sibuk dari pekerja kantoran. Kalo kerja kantoran kerjanya 8 jam sehari dan setelah pulang kantor sudah beres urusannya, bisa tidur nyenyak atau nongkrong-nongkrong. Nah kalo bekerja di rumah, bekerja tanpa ikatan waktu bukan berarti santai, namun justru sering kali freelancer bekerja sampai larut malam, apalagi dihadapkan dengan pekerjaan yang mepet waktunya. Dalam jangka panjang, bekerja pada malam hari akan menyebabkan beberapa penyakit yang tidak enteng.
Maka dari itu, pada Maret 2015 bertepatan dengan satu tahun berdirinya percetakan saya yaitu ABUD Creative Design, cara kerja saya mulai saya rubah. Terutama mengenai jam kerja. Mulai saat itu saya tetapkan jam kerja saya dari mulai pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Hanya pada kondisi tertentu saja saya lembur pekerjaan. Misalnya jadwal selesai suatu orderan mengalami keterlambatan, maka mau nggak mau ya saya harus lembur agar customer tidak kecewa dengan pekerjaan kita.
Saya baru menyadari bahwa bekerja dengan waktu yang berlebihan walau pada bidang kerja yang kita suka akan menyebabkan kejenuhan. Memperbaiki jam kerja, istirahat yang cukup, menyalurkan hobi, olahraga, tidak hanya membuat waktu kerja kita berkualitas tapi juga sehat. Jangan pernah berpikir untuk saat ini saja, masih muda sehat dan kuat. Ingatlah kita juga akan mengalami masa tua. Hidup sehat dan teratur pada saat kita muda adalah bekal hidup sehat pada masa tua.
Jadi buat kalian yang bekerja di rumah, jangan menyepelehkan jam kerja ya. Atur waktu istirahat kalian agar kesehatan kalian terjaga. Apalagi kayak saya gini, 4 tahun saya bekerja di rumah, 4 tahun juga saya menjomblo :p Lhah gimana, nggak kayak dulu waktu kerja kantoran banyak temen cewek yang bening-bening. Sekarang? Paling ketemu cewek juga karyawan sendiri, ada tuh 4 cewek, 6 lainnya cowok :D
Padahal kerjaan saya bikin undangan pernikahan, tapi kapan ya kira-kira bikin undangan pernikahan saya sendiri? Hehehe… doain ya… J
Ngomong-ngomong soal undangan pernikahan, kalau dari kalian ada yang mau melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini, coba deh mampir ke websitenya ABUD Creatice Design atau kepoin instagramnya @abud_creative Siapa tahu kalian cocok sama desain undangan kami. :p

Share:

0 komentar